Selasa, 24 Februari 2009

fenomena dinar

Satu tahun lalu, tepatnya tanggal 21 Februari 2008 saya baru memulai menukarkan rupiah saya dengan Dinar emas. Saat itu 1 keping dinar emas bernilai Rp. 1.197.930 dan kini nilai satu keping dinar emas bernilai Rp. 1.619.417 (23 Februari 2009). sungguh fenomena. Yang patut diketahui oleh masyarakat adalah bukan nilai dinar yang naik, namun sesungguhnya nilai rupiah kita yang terus menerus turun. Bayangkan dalam waktu 1 tahun saja sekitar Rp. 421.487 turunnya nilai rupiah kita. Atau sekitar 35,2 % rupiah terkena Inflasi. Sekali lagi bukan nilai dinar yang mengalami kenaikan namun nilai mata uang rupiah yang mengalami penurunan. Ketika kita bandingkan dengan kita menaruh uang ke bank sebanyak Rp. 11.979.300 pada tanggal 21 Februari 2008 (setara dengan 10 keping dinar emas) saat ini tanggal 23 Februari 2009, sebagai hitungan, biaya administrasi satu bulan Rp. 5.000, setahun Rp. 60.000, bunga/bagi hasil (=RIBA) satu bulan sekitar Rp. 24.000, setahun Rp. 288.000. jadi total uang kita di bank sebesar Rp. 7.910.330 (Rp. 11.979.300 + 288.000 – 60.000 – 35,2% (Inflasi) = Rp. 7.910.330) dengan kata lain uang Rp. 11.979.300 pada tanggal 21 Februari 2008 sama dengan Rp. 7.910.330 pada tanggal 23 Februari 2009. kebanyakan masyarakat belum sadar akan hal ini. Sedangkan nilai dinar sangat fantastis. Ketika di rupiahkan menjadi Rp. 16.194.170 (Rp. 1.619.417 x 10 dinar = Rp. 16.194.170). tanpa terkena inflasi dan tentunya 100% halal. Pertama harta kita secara nilai terselamatkan dan secara syar’i terbebas dari segala bentuk RIBA. Saat ini masyarakat pun harus tahu akan tipu muslihat ini. Agar harta kita tidak digerogoti oleh inflasi. Apakah kita ingin menunggu perekonomian kita hancur atau mulai dari sekarang kita lindungi harta kita dari segala bentuk penindasan kapitalisme..???? Wallahu’alam

1 komentar: