Dalam beberapa pekan terakhir ini terjadi fluktuasi harga emas dan valuta asing yang cukup bergejolak akibat ulah spekulan.
Hal ini ternyata cukup membuat was-was para pemula pengguna koin dinar emas dan dirham perak. Bagaimana tidak cemas, pemakai dinar atau calon wakala yang baru saja membeli dinar emas pertama mereka (akhir Maret s.d. awal April 2009), dengan nilai tukar yang saat itu cukup tinggi, seharga sekitar Rp 1.5 juta, harus mendapati kenyataan bahwa harga dinar saat tulisan ini dibuat (20 April 2009), adalah Rp 1.359.107. Artinya dalam kurun sekitar sebulan ini nilai tukar dinar telah merosot sebesar Rp 140.000/dinar setara 9.3%. Padahal rata-rata apresiasi dinar selama ini adalah 25%/tahun.
Penurunan nilai tukar dinar di atas jelas terkait langsung dengan penurunan harga emas dunia. Harga emas belakangan ini memang merosot tajam dari kisaran USD 900-an menjadi kurang dari 878 per troy ounce. Di sisi lain, dolar saat ini, justru mulai membanjiri dunia. Ada apa ini? Jawabnya: ini adalah syok terapi spekulan emas. Tetapi bagi wakala dan pengguna dinar yang sudah lebih dulu bergelut dengan dinar emas, akan menganggap hal ini sebagai gejala yang sudah biasa saja. Toh, kita bias mengantisipasinya, sampai di mana para spekulan mampu membuat harga emas begitu murah? Setelah murah maka, seperti yang terjadi di masa lampau, harga emas akan kembali melonjak tajam (naik tinggi). Satu hal yang perlu dipahami bersama adalah bahwa aksi spekulasi ini, yang akan membuat nilai tukar dinar emas bergejolak, akan terus berlangsung hinga dinar-dirham benar-benar tersebar luas, dan kembali kepada fungsinya semula, yakni sebagai alat tukar. Ketika jumlah koin dinar sudah begitu banyak ada di tangan masyarakat para spekulan tak lagi bisa menentukan "harganya" secara sepihak. Kita semualah, para pemegang koin emas dan perak, artinya mekanisme pasar, yang akan menentukan nilai tukar tersebut.
Adapun berdiri dan beroperasinya wakala adalah sebagai jembatan penghubung distribusi dinar-dirham, tempat pembelajaran muamalah syar'i, dan kontrol pertama keaslian koin dinar-dirham. Juga beberapa fungsi lain yang bersifat teknis, misalnya menerima titipan dinar-dirham, pengirimannya dari satu kota ke kota lain, dan sebagainya. Dan, lebih dari semua itu, inti dari gerakan kembali kepada dinar dan dirham ini adalah mengajak peran serta masyarakat untuk taat kepada Allah Ta'ala, Rasulullah, sallahualayhi wa salam, serta Amirul Mukminin atau Amir-Amir yang haq, sesuai dengan tuntunan dalam Al Qur'an dan sunnah, serta 'amal.
Dalam pandangan kebanyakan dari kita, yang memang masih kuat diliputi mitos uang kertas, harga emas dan perak itu seakan-akan naik turun setiap hari. Padahal harga emas dan perak itu tetap dan stabil. Tetapi konspirasi internasional yang terdiri dari para bankir, pemilik saham multinasional, dan para Islamophobia, yang bekerja keras untuk memutar balikkan kenyataan. Uang kertas (fiat money) yang nota bene tanpa jaminan apapun, tidak memiliki nilai apa pun kecuali selembar kertas, bergerak liar mengikuti para pemain valas, berfluktuasi setiap menit dalam 24 jam sehari! Tanpa hari libur!
Tapi karena pemerintahan di seluruh dunia saat ini terjajah oleh sistem Dajjal, dan ngotot memaksa penduduk menerima uang kertas sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah, maka kita berhalusinasi bahwa emas-peraklah yang berfluktuasi. Padahal dalam kaidah ilmu mata uang (Numismatik), yang disebut Uang Kartal (uang tunai) adalah koin emas dan koin perak. Sedangkan uang kertas sendiri digolongkan dalam koleksi Notaphili, sekelas dengan Filateli (Prangko). Artinya uang kertas dan prangko hanya berharga sesaat saja, hingga masa berlakunya habis, kadaluarsa seperti makanan dalam kemasan.
Sementara emas dan perak, karena nilai intrinsiknya, dan penerimaannya secara universal oleh umat manusia di dunia ini, memiliki nilai yang tetap. Secara empiris selalu terbukti koin emas dan koin perak tak mengalami inflasi. Sejak zaman Rasulullah sallahualayhi wa salam sampai detik ini satu koin dinar setara 1-2 ekor kambing, 1 koin dirham setara 1 ekor ayam. Karena itu, ketika nilai tukar dinar dan dirham justru "turun" dan "murah" seperti saat ini, inilah waktunya untuk semakin benyak menukarkan uang-uang kertas kita, menjadi koin-koin emas atau perak. Kalaupun diperlukan, belanjakanlah koin dinar atau dirham Anda sebagai alat tukar dengan barang atau jasa sesuai kebutuhan, dan tak perlu ditukarkan kembali menjadi uang kertas.
Catatan:
Numismatik : Ilmu tentang Koleksi Mata Uang Koin
Notaphili : Koleksi Uang Kertas dan Surat Berharga
Filateli : Koleksi Prangko, leges dan surat biasa
Penulis : Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia
Selasa, 21 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar